Orang Yunani di Yunani mempunyai tren sejarah yang dramatis dalam produksi patung. Upaya progresif ini dapat ditelusuri dengan baik dalam tiga periode gaya perkembangan seni mereka yang dikategorikan oleh para sejarawan seni. Periode-periode tersebut adalah periode Archaic, periode Klasik, dan periode Helenistik. Bahan utama pembuatan patung adalah marmer karena kelimpahannya di Yunani kuno. Namun bahan lain seperti gading, perunggu, dan emas jarang digunakan. Patung-patung mereka memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, patung-patung ditempatkan di tempat-tempat strategis di negara tersebut untuk mengenang peristiwa-peristiwa penting dan para pemenang di Olimpiade. Yang lainnya ditempatkan di atas kuburan untuk mengenang arwah orang mati dan untuk menghiasi gedung-gedung publik.
Periode Kuno
Periode Archaic merupakan periode pertama dalam sejarah Seni Yunani kuno yang dimulai pada tahun 700 SM dan berakhir pada tahun 480 SM. Istilah 'kuno' adalah istilah Yunani yang berarti 'awal'. Kata ini digunakan untuk menggambarkan banyak perkembangan seni yang terjadi pada tahap awal kebudayaan Yunani. Dengan demikian, produksi patung pada periode ini menunjukkan keterampilan awal yang dipamerkan para pematung Yunani. Tahap produksi patung mereka ini adalah tahap tidak bergerak, di mana karya yang dihasilkan tidak memiliki gerakan atau kelenturan. Patung-patung mereka dicirikan oleh simetri dan kekakuan bentuk. Ciri-ciri penting dari sosok manusia ditekankan. Patung laki-laki yang dikenal sebagai 'Kouros' (pemuda) itu telanjang atau telanjang karena para atlet Yunani tampil telanjang di depan umum selama Olimpiade. Kaki kiri mereka juga ditempatkan pada posisi depan. Di sisi lain, patung perempuan yang disebut 'Kore' (gadis) berpakaian lengkap. Postur patung mereka antara lain berdiri, berlutut, dan duduk. Mereka menghasilkan bentuk tiga dimensi (patung dalam lingkaran) dan ukiran relief. Mereka terutama memahat figur dewa dan dewi yang menyerupai pria, wanita, dan anak-anak.
Karena kurangnya pengembangan keterampilan, karya patung mereka tidak digambarkan secara realistis. Dalam upaya mereka untuk membumbui patung mereka dengan senyuman, para pematung Yunani dengan sengaja melengkungkan dan menggambar bibir menjadi sebuah ekspresi yang oleh para sejarawan seni disebut sebagai 'senyum kuno'. Itu adalah bentuk senyuman yang dibuat-buat di wajah patung sebagai akibat dari kurangnya ketangkasan dalam produksi.
Periode Klasik
Ini adalah periode kedua dalam sejarah seni Yunani. Ini mencakup antara 480 SM dan 323 SM. Istilah 'klasik' berarti 'keunggulan tinggi' atau 'kelas satu'. Karya-karya yang dihasilkan pada masa ini ditandai dengan tingkat kreativitas dan keterampilan yang tinggi. Seni Yunani mencapai puncak terbesarnya pada periode ini. Ada perubahan nyata dari representasi yang tidak bergerak menjadi figur yang hidup dan berdaya gerak. Seni patung pada periode ini ditandai dengan keluwesan dan eksplorasi representasi gerak yang sepenuh hati. Pengamatan kritis dan studi anatomi manusia menghasilkan produksi figur pahatan dalam realisme total dan proporsi yang benar. 'Pelempar cakram' (Diskobolos) dan 'Anak Kritios' yang diproduksi dengan marmer oleh dua pematung Yunani kuno terkenal, Myron dan Kritios, adalah contohnya. Bahkan saat ini, representasi patung yang mendetail dan sesuai dengan alam dipelajari oleh pematung tingkat dasar yang berjuang menghadapi tantangan untuk menghasilkan patung yang fleksibel dan realistis.
Periode Helenistik
Ini merupakan periode ketiga dan terakhir dalam sejarah seni Yunani kuno yang dimulai pada tahun 323 SM dan berakhir pada tahun 27 SM. Periode Helenistik yang juga disebut sebagai 'zaman Alexander' terkenal karena ekspresi artistik tingkat tinggi dengan penguasaan yang tinggi. Istilah 'Hellenistik' mengacu pada seni yang dilakukan di bawah pengaruh Yunani di negara-negara Mediterania pada masa pemerintahan Alexander Agung. Di pusat-pusat kebudayaan dunia Helenistik, muncul beberapa akademi yang terlibat dalam analisis serius berbagai bidang termasuk seni, sastra, dan kedokteran. Kanon dikembangkan untuk menilai kualitas patung. Hal ini menyebabkan meningkatnya minat terhadap sistem proporsi dalam seni pahat. Karya-karyanya bercirikan realisme, emosi ekstrem, gerak tubuh yang berlebihan, otot-otot, dan penyajian bentuk yang dramatis. Pematung mengeksplorasi gerakan tiga dimensi. Salah satu perkembangan seni patung paling awal pada periode ini adalah minat yang tinggi terhadap seni potret. Kemiripan individu tidak ada pada patung kuno dan klasik, namun dominan pada patung Helenistik. Beberapa potret Alexander Agung dipahat oleh Lysippos, seorang pematung terkenal Yunani. Kepala potret terpahat lainnya termasuk Delos, seorang pedagang terkenal di Yunani.
Tinjauan mengenai produksi patung dalam tiga periode utama sejarah seni Yunani menunjukkan peningkatan yang konstan dalam gaya dan teknik produksi, dari yang tidak bergerak menjadi bergerak. Hal ini menunjukkan semangat eksplorasi dan tekad yang kreatif dan kerja keras dari para pematung Yunani untuk memajukan profesi patung mereka yang mereka anggap seperti itu saat ini. Ini adalah model yang sempurna bagi pematung muda, pematung masa depan, dan pematung berpengalaman yang ingin menentukan jalur mereka sendiri dalam profesinya untuk mengambil pelajaran dari visi para pematung Yunani kuno yang mantap, tak henti-hentinya, dan pantang menyerah.